Selasa, 17 Januari 2012

Jangan Takut Untuk Menulis

Amaturrasyidah, Chairil Anwar adalah nama yang identik dengan kesusastraan Indonesia. Setiap orang Indonesia yang telah mengecap pendidikan formal sudah pasti mengenal atau setidaknya pernah mendengar nama tersebut. Namun pernahkah kita berpikir bahwa seorang Chairil Anwar ternyata sudah meninggal dunia sejak 62 tahun yang lalu? Lalu mengapa namanya masih saja terngiang dalam sejarah kesusastraan Indonesia?
Inilah kehebatan seorang penulis. Meskipun Chairil Anwar meninggal dalam usia yang relatif muda yaitu 27 tahun, namun melalui tulisan-tulisannyalah Ia dapat terus hidup di hati masyarakat sampai saat ini. Seperti dalam sajaknya, Chairil Anwar dapat membuktikan kata-katanya, Sekali berarti setelah itu mati dan Aku mau hidup seribu tahun tahun lagi.

Mari Menulis
Disadari atau tidak, sebenarnya kegiatan menulis sudah cukup akrab dengan keseharian kita. Sejak duduk di bangku sekolah dasar pun guru mengajarkan siswanya untuk terampil menulis abjad A-Z, mempelajari tulisan indah, dan belajar mengejanya satu persatu kata yang telah ditulis. Sampai di bangku perkuliahan pun, kita tak pernah lepas dari kegiatan menulis. Misalnya menulis materi perkuliahan atau menulis tugas yang begitu banyak. Namun apakah kegiatan menulis hanya sampai pada ranah itu? Tentu saja tidak. Tingkat kemudahan atau kesulitan dalam menulis akan dirasakan ketika kita sudah menyelami kualitas isi dari apa yang akan ditulis.


Pada saat kita melakukan kegiatan menulis ternyata tanpa sadar kita telah mengoptimalkan otak kanan. Otak kanan inilah yang berfungsi dalam ranah “non-logical”, semacam mempertajam perasaan, misalnya menumbuhkan rasa empati, meningkatkan sensitivitas, dan meningkatkan kreativitas. Ada segudang rahasia yang dihasilkan ketika kita sudah berhasil memasuki dunia kepenulisan.
Pertama, tentu saja orang yang rajin menulis akan semakin canggih dalam mentransfer gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol. Semakin canggih artinya semakin mudah, semakin cepat, semakin efisien dan semakin akurat. Memang setiap orang yang bisa membaca pasti bisa menulis. Namun tulisan orang yang jarang membuat karangan dengan tulisan orang yang terbiasa menulis memiliki perbedaan. Perbedaan ini bukan dalam konteks kerapian atau banyak sedikitnya kesalahan ketik. Namun lebih pada kelugasan bahasa. Orang yang sudah terbiasa menulis bisa mengontrol distribusi gagasan menurut jumlah kata/kalimat yang digunakan. Jika ia diminta membuat tulisan pendek, semua gagasan bisa dituangkan secara efektif. Ketika ia diminta membuat tulisan panjang, maka kesenjangan bobot makna antara satu kalimat/paragraf dengan kalimat/paragraf lain relatif sama. Berbeda dengan penulis pemula. Jika diminta membuat tulisan panjang, penulis pemula akan membuat kalimat padat makna pada satu bagian dan kalimat bertele-tele pada bagian lain.
Kedua, dengan menulis kita diajak untuk berpikir lebih runtut dan logis. Orang memang bisa membuat tulisan yang bolak-balik tidak karuan. Namun tulisan tersebut tidak akan laku dibaca. Membaca satu dua paragraf saja orang lain sudah pusing. Orang yang terbiasa menulis akan mampu menuangkan gagasannya secara lebih teratur. Dalam tulisan disebutkan dari mana mau ke mana. Misalnya dari A mau ke B. Apakah bisa langsung? Tidak. Mengapa? Disebutkan alasannya. Lalu bagaimana solusinya. Solusinya dari A ke C dulu, baru ke B. Mengapa harus C yang dipilih. Dan seterusnya. Semuanya direncanakan dengan runtut dan logis.
Ketiga, dengan menulis kita juga diajak untuk berpikir tertib dan teratur. Ketika kita membuat tulisan khususnya tulisan ilmiah atau untuk dipublikasikan, maka kita dituntut untuk membuat tulisan yang sistematis sehingga pembaca bisa mengerti apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan.
Keempat, dengan menulis kita diajak untuk menggali makna dari sebuah peristiwa. Jika sebuah peristiwa buruk terjadi, kita diajak untuk mencari penyebabnya. Dari penyebab yang satu akan mengarah pada penyebab lainnya. Sampai akhirnya kita diajak untuk menemukan penyebab yang paling mendasar dari semua penyebab yang ada. Dengan menemukan penyebab yang paling mendasar ini kita akan mengetahui persoalan secara menyeluruh.
Kelima, berbagi dengan orang lain. Menjadi penulis merupakan kesempatan bagi kita untuk berbagi. Artinya kita dapat membagikan ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Dengan membagikan ilmu kita kepada orang lain disamping akan menimbulkan kepuasan dan rasa bahagia pada diri, pengetahuan kita pun akan semakin bertambah. Hal ini bisa muncul dari pertanyaan, kritik, dan saran dari pembaca yang akan memicu kita untuk lebih banyak belajar sehingga ilmu yang kita miliki pun akan semakin bertambah banyak.
Keenam, yaitu sebagai sumber penghasilan. Poin ini adalah bonus dari apa yang dilakukan seorang penulis. Dengan menulis kita dapat mengirimkan tulisan-tulisan kita ke sebuah media dan biasanya media memberikan honor untuk tulisan yang telah dimuat.

Segera Memulai
Jangan pernah takut untuk memulai. Ini adalah modal awal. Mulailah dari hal yang paling mudah kita tulis, tak perlu memikirkan kesalahan-kesalahan terlebih dahulu, artinya kita tidak akan pernah bisa menulis ketika keberanian itu tidak ditanamkan. Awali segala sesuatunya dengan impian, tekad, dan kemauan. Jangan pernah takut pula untuk bermimpi. Jika kita ingin menjadi penulis yang sukses, bermimpilah untuk itu dan biarlah orang lain menertawakan kita. Setelah itu buktikan perkembangan karya yang dihasilkan dengan bermodalkan tekad dan kemauan untuk berlatih secara disiplin. Meskipun hanya satu atau dua lembar saja, sempatkan untuk selalu menulis. Kadang-kadang seseorang yang tidak disiplin menjadikan mood  sebagai alasan untuk tidak menulis. Lebih baik menulis dengan hasil yang jelek daripada tidak menulis sama sekali.

Setelah itu banyaklah membaca dan bergaul. Dengan membaca, kita akan tahu lebih banyak hal dan hal-hal yang kita baca itulah yang nantinya akan dituangkan ke dalam tulisan entah itu artikel, opini, puisi, cerpen, maupun esai. Contohnya saja banyak penulis fiksi menulis dengan setting tempat yang pernah dia kunjungi misalnya dia melukiskan kondisi kota Paris, padahal Ia belum pernah ke Paris, Ia hanya mendapatkannya dari buku yang pernah dibaca. Dengan membuka pergaulan yang lebih luas juga setidaknya dapat memotivasi kita untuk menulis. Kita dapat berkenalan dengan teman-teman yang memiliki hobi menulis dan tulisannya sudah pernah dimuat di berbagai media atau bahkan sudah pernah menulis buku. Sekadar berbincang atau bertukar pikiran yang bisa memotivasi kita untuk menulis.

Ditulis oleh Amaturrasyidah, dan dipublikasikan Dep. IPTI HIMA PPB

0 komentar:

Posting Komentar

ATTENTION

ATTENTION
iptekppbikippgrisemarang. Diberdayakan oleh Blogger.

Administrator

Hubungi dan lihat profil kami diberbagai situs jejaring sosial

-


Tentang Kami

Pengikut

Layanan Cyber Konseling


TENTANG TEKNISI


KONSELING TEMAN SEBAYA


KONSELING LAB. BK IKIP PGRI